Lanjut ke catatan lainnya yang aku tulis di tumblr. Dan sepertinya aku nggak tertarik lagi nulid di tumblr he..he..
28 Juni 2016
Akhir-akhir ini masjid disekitar rumahku sedang mempunyai suatu “trend” tersendiri yaitu mendatangkan imam-imam dari timur tengah seperti : yordania, palestina, mesir, dsb. selain menjadi imam sholat isya’ + tarawih mereka juga memberi tausiyah singkat dalam bahasa arab dan kemudian di translate oleh translator. uniknya ketika sang syekh mulai dari akan sholat sampai penyampaian tausiyah orang2 berlomba-lomba mengabadikan momen tersebut dalam foto maupun video. saya pribadi awalnya biasa saja namun lama-kelamaan semakin banyak yang berdiri dan maju kedepan (untuk mendapat posisi yng bagus) sehingga jamaah lain (saya-red) merasa terganggu dalam mendengarkan tausyiah dari sang syekh ya meskipun sebagian besar hasil dari mendengarkan suara sang translator sih (tapi adalah 1-2 kata yang nyangkut walau dilafalkan dengan bahasa arab yang fasih). ketika orang-orang berlomba-lomba ke depan saya jadi kepikiran ini orang-orang apakah bisa mendengarkan tausiyah dengan baik dan memahaminya nggak ya? orang mereka sibuk sendiri dengan gadgetnya masing-masing. saya mencoba sok husnuzon “ ah paling biar sekalian belajar bahsa arab di rumah masing-masing sekalian ndengerin tausiyah ulang berkali-kali”-pikirku, namun husnuzon saya tiba-tiba seakan sirna entah kemana setelah melihat seorang pemuda (anak baru masuk kuliah) sedang meng-upload foto sang seykh yang sedang diatas mimbar di akun INSTAGRAM miliknya (tausyiah kok malah buat pamer2 di medsos??). -_-
Seketika itu aku teringat tentang sekolahku yang jauh provinsi lain dari rumahku MAN Insan Cendekia Serpong namanya, sebuah madrasah prestius yang dipelopori oleh presiden ketiga RI bapak B.J Habiebie. Di sekolahku ini ada seorang syekh berasal dari mesir namanya syekh Khumaida ibn salih. Beliau sering memberi kami tausiyah2 dalam bahasa arab meski dalam pelafalannya dengaja beliau pelankan agar kami bisa mengolah sejenak apa yang beliau katakan dalam bahasa ibu kami (indonesia) meski ada salah satu dari teman kami yang maju ke depan untuk berperan sebagai translator. aku teringat bahwa tak jarang pula ketika beliau memberikan tausiyah aku tertidur atau ngobrol dengan teman-temanku yang lain atau sibuk dengan hal2 yang lain selain mendengarkan tausiyah sang syekh.
Aku tersadar ternyata tidak semua orang beruntung untuk bisa bertatap muka dengan syekh dari mesir setiap hari, setiap pergi ke masjid, setiap pelajaran bahasa arab, dan setiap kesempatan yang lain. aku tersadar bahwa selama ini aku menyia-nyiakan karunia dari Allah kepadaku yang berupa kesempatan menimba ilmu dari seorang syekh mesir, aku terlalu takut karena tidak bisa bahasa arab, aku terlalu minder, atau mungkin malas untuk berusaha menimba ilmu dari beliau. padahal tidak semua orang diberi kenikmatan seperti ini bahkan ada yang tahu bahwa seorang syekh akan mengimami sholat berjamaah mereka dengan antusiasme tinggi datang (walau mungkin penasaran gmn sih bule kalo ngimami) sampai2 para jamaah perempuan mencuri-curi penglihatan karena mereka tertutup hijab setinggi kurang lebih 160 cm, mereka berupaya berjinjit agar sang syekh kelihatan mukanya. masyaallah. aku merasa tidak mensyukuri nikmat Allah karena tidak menggunakannya dengan semaksimal mungkin. ya allah apunkanlah dosa hambu yang bodoh ini…… dan semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat kita untuk “peka” dalam selalu mrnsyukuri nikmat allah yang tak terhingga ini.
Posting Komentar